Kerajaan Mataram Islam
Kerajaan Mataram berdiri
pada tahun 1582. Pada awalnya, Sutawijaya naik tahta setelah ia merebut wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya dengan gelar Panembahan
Senopati Ing Alaga Sayidin
Panatagama atau yang lebih sering disebut dengan Panembahan Senopati. Pusat kerajaan Mataram berada di Kota Gede,
sebelah tenggara kota Yogyakarta kini.
Setelah ia
wafat, ia digantikan oleh putranya Mas Jolang (1601-1645) yang bergelar Prabu Hanyokrowati, akan tetapi masa
pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak
lama. Karena ia menghadapi kecelakaan di hutan Krapyak yang mengakibatkan ia
tewas. Mas Jolang kemudian digantikan putranya Mas Rangsang atau yang lebih
sering disebut dengan Sultan Agung
(1613-1645). Pada masa Sultan Agung inilah kerajaan Mataram berada pada puncak
kejayaan.
Pada masa Sultan
Agung, kerajaan Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa.
Daerah yang berhasil dikuasai meliputi Surabaya, Lasem, Pasuruhan, dan Tuban.
Di samping berkeinginan untuk mempersatukan daerah-daerah di pulau Jawa, Sultan
Agung juga berambisi untuk mengusir VOC dari Nusantara yang berpusat di
Batavia. Dikarenakan adanya percekcokan penguasaan perdagangan antara Mataram
dan VOC, Mataram sempat dua kali mengirim pasukan ke Batavia pada tahun 1628
dan 1629.
Wilayah Mataram
dibagi menjadi:
1.
Kutagara
Daerah Keraton dan sekitarnya.
2.
Negara Agung
Daerah yang terletak di sekitar Kutagara, seperti
Kediri, Magelang, Pajang.
3.
Mancanegara
Daerah di luar Negara Agung, seperti Banyumas dan
Ponorogo.
4.
Pesisir
Daerah sekitar pesisiran.
Kemajuan
yang dicapai pada masa pemerintahan Sultan Agung yaitu:
-
Bidang politik: Mampu menyerang Belanda di Batavia dan menyatukan berbagai kerajaan-kerajaan
Islam di Jawa.
-
Bidang Ekonomi: Sebagai kerajaan agraris, Mataram pandai dalam menggunakan sungai-sungai di Jawa
yang kemudian dialihkan sebagai sistem pengairan. Selain itu, penyatuan kerajaan-kerajaan Islam
di Jawa juga turut membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Mataram melalui
perdagangan.
-
Bidang Sosial: Diselenggarakan perayaan Sekaten untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad
SAW dengan membunyikan gamelan Kyai Nagawilaga dan Kyai Guntur Madu. Kemudian
ada upacara Grebeg setiap tanggal 10 Dzulhijjah, 1 Syawal dan 12 Rabi’ul Awal.
Upacara Grebeg merupakan sedekah sebagai rasa syukur dari raja kepada Tuhan YME
dan bukti kesetiaan terhadap para bupati.
Sultan
Agung wafat pada 1645 dan digantikan oleh putranya yang bergelar Amuangkurat I.
Akan tetapi Amangkurat I merupakan raja yang lemah tetapi sering bertindak
kejam dan tidak adil. Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak
ketidakpuasan dan pemberontakan. Penggantinya, Amangkurat II sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak puas
dan pemberontakan terus terjadi. Dalam perkembangannya, Mataram dibagi
menjadi dua berdasarkan Perjanjian Giyanti(1755). Sebelah Barat menjadi
Kesultanan Yogyakarta dan sebelah Timur menjadi Kesultanan Surakarta. Setelah
itu, berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar