Minggu, 18 Mei 2014

Miranda Parahita (24)

Kerajaan Mataram Islam 


Kerajaan Mataram berdiri pada tahun 1582. Pada awalnya, Sutawijaya naik tahta setelah ia merebut wilayah Pajang sepeninggal Hadiwijaya dengan gelar Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama atau yang lebih sering disebut dengan Panembahan Senopati. Pusat kerajaan Mataram berada di Kota Gede, sebelah tenggara kota Yogyakarta kini.

Setelah ia wafat, ia digantikan oleh putranya Mas Jolang (1601-1645) yang bergelar Prabu Hanyokrowati, akan tetapi masa pemerintahan Prabu Hanyokrowati tidak lama. Karena ia menghadapi kecelakaan di hutan Krapyak yang mengakibatkan ia tewas. Mas Jolang kemudian digantikan putranya Mas Rangsang atau yang lebih sering disebut dengan Sultan Agung (1613-1645). Pada masa Sultan Agung inilah kerajaan Mataram berada pada puncak kejayaan.



Pada masa Sultan Agung, kerajaan Mataram berekspansi untuk mencari pengaruh di Jawa. Daerah yang berhasil dikuasai meliputi Surabaya, Lasem, Pasuruhan, dan Tuban. Di samping berkeinginan untuk mempersatukan daerah-daerah di pulau Jawa, Sultan Agung juga berambisi untuk mengusir VOC dari Nusantara yang berpusat di Batavia. Dikarenakan adanya percekcokan penguasaan perdagangan antara Mataram dan VOC, Mataram sempat dua kali mengirim pasukan ke Batavia pada tahun 1628 dan 1629.

Wilayah Mataram dibagi menjadi:
1.       Kutagara
Daerah Keraton dan sekitarnya.

2.       Negara Agung
Daerah yang terletak di sekitar Kutagara, seperti Kediri, Magelang, Pajang.

3.       Mancanegara
Daerah di luar Negara Agung, seperti Banyumas dan Ponorogo.

4.       Pesisir
Daerah sekitar pesisiran.

                Kemajuan yang dicapai pada masa pemerintahan Sultan Agung yaitu:
-          Bidang politikMampu menyerang Belanda di Batavia dan menyatukan berbagai kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.

-          Bidang Ekonomi: Sebagai kerajaan agraris, Mataram pandai dalam menggunakan sungai-sungai di Jawa yang kemudian dialihkan sebagai sistem pengairan.  Selain itu, penyatuan kerajaan-kerajaan Islam di Jawa juga turut membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi Mataram melalui perdagangan.

-          Bidang Sosial: Diselenggarakan perayaan Sekaten untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW dengan membunyikan gamelan Kyai Nagawilaga dan Kyai Guntur Madu. Kemudian ada upacara Grebeg setiap tanggal 10 Dzulhijjah, 1 Syawal dan 12 Rabi’ul Awal. Upacara Grebeg merupakan sedekah sebagai rasa syukur dari raja kepada Tuhan YME dan bukti kesetiaan terhadap para bupati.

Sultan Agung wafat pada 1645 dan digantikan oleh putranya yang bergelar Amuangkurat I. Akan tetapi Amangkurat I merupakan raja yang lemah tetapi sering bertindak kejam dan tidak adil. Pemerintahan Amangkurat I kurang stabil karena banyak ketidakpuasan dan pemberontakan. Penggantinya, Amangkurat II sangat patuh pada VOC sehingga kalangan istana banyak yang tidak puas dan pemberontakan terus terjadi. Dalam perkembangannya, Mataram dibagi menjadi dua berdasarkan Perjanjian Giyanti(1755). Sebelah Barat menjadi Kesultanan Yogyakarta dan sebelah Timur menjadi Kesultanan Surakarta. Setelah itu, berakhirlah era Mataram sebagai satu kesatuan politik dan wilayah.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar