Senin, 19 Mei 2014

M. Farih Ramadhan (20)

Sultan Agung Seorang Budayawan
Sultan Agung adalah raja Mataram yang berusaha membuat suasana harmonis antara kebudayaan Jawa dengan nilai-nilai Islam. sultan Agung menaruh perhatian besar pada kebudayaan Mataram.  Sultan Agung sangat piawai melakukan rekayasa sosial, bukan hanya di bidang politik dan ekonomi melainkan juga dalam hal kebudayaan.
Dalam proses perkembangannya, masyarakat Mataram sebelumnya telah mengenal tradisi-tradisi yang bersumber dari Agama Hindu dan Budha yang berasal dari India. Masyarakat Mataram telah memilih secara selektif pengaruh kebudayaan dari luar tersebut dan melakukan perpaduan budaya dengan kebudayaan Islam yang dibawa oleh para wali. Sultan Agung memiliki wawasan yang luas dengan selalu menerima unsur budaya luar dalam rangka memperkaya kebudayaan yang telah ada.
Sultan Agung menaruh perhatian besar pada kebudayaan Mataram. Ia memadukan Kalender Hijriyah yang dipakai di pesisir utara dengan Kalender Saka yang masih dipakai di pedalaman. Hasilnya adalah terciptanya Kalender Jawa Islam sebagai upaya pemersatuan rakyat Mataram. Selain itu, Sultan Agung juga dikenal sebagai penulis naskah berbau mistik, berjudul Sastra Gending.
Di lingkungan Keraton Mataram, Sultan Agung menetapkan pemakaian bahasa bagongan yang harus dipakai oleh para bangsawan dan pejabat demi untuk menghilangkan kesenjangan satu sama lain. Bahasa ini digunkana supaya tercipta rasa persatuan di antara penghuni istana. Sementara itu, Bahasa Sunda juga mengalami perubahan sejak Mataram menguasai Jawa Barat. Hal ini ditandai dengan terciptanya bahasa halus dan bahasa sangat halus yang sebelumnya hanya dikenal di Jawa Tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar